Monday 2 April 2012

PELAYANAN GIZI PADA LUKA BAKAR

Posted by auliya-0210 at 8:51 am

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat yang pernah/dapat dialami seseorang yaitu rasa nyeri yang diakibatkan oleh terbakar. Sewaktu luka bakar terjadi, terjadi rasa sakit yang sangat hebat karena ujung-ujung dari saraf rusak sehingga menimbulkan perasaan sakit yang terus menerus. Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, kimia, listrik, cahaya, atau radiasi. Luka bakar menjadi penting karena dapat menyebabkan kematian.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau percikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko infeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan teknik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Selain teknik pengobatan dan perawatan luka bakar yang baik, pasien luka bakar juga membutuhkan nutrisi yang baik untuk mendukung penyembuhannya. Gangguan nutrisi pada pasien yang dirawat dapat disebabkan karena keadaan penyakit penderita atau dapat juga disebabkan kurangnya perhatian petugas kesehatan. Menurut pakar ahli gizi sekitar 75 persen status gizi pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami penurunan. Karena itu pelayanan gizi pasien, khususnya bagi penderita luka bakar, yang dirawat di rumah sakit perlu dilakukan secara dini agar dapat dilakukan upaya pemberian nutrisi yang diperlukan.
Pemberian nutrisi pun bukan sekadar memberi makan, tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan gizi penderita. Dengan demikian kerja sama antara dokter yang merawat dengan ahli gizi amat diperlukan agar makanan yang dihidangkan sesuai dengan kebutuhan penderita tersebut.

B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, antara lain:
1.    Apakah luka bakar itu serta klasifikasinya?
2.    Apakah tujuan diet luka bakar?
3.    Apakah syarat diet dari luka bakar?
4.    Apa  jenis diet luka bakar?

BAB II
GAMBARAN UMUM LUKA BAKAR

A.  Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Sedangkan menurut Moenajat (2001) luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan.

B.  Etiologi
Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar. Panas atau suhu yang tinggi ini bisa berasal dari gas, cairan dan bahan padat (solid) yang mengalami eningkatan suhu. Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka bakar juga bisa terjadi pada jaringan di bawah kulit, bahkan organ dalam pun bisa mengalami luka bakar meskipun kulit tidak terbakar.
Sebagai contoh, meminum minuman yang sangat panas atau zat kaustik (misalnya asam) bisa menyebabkan luka bakar pada kerongkongan dan lambung. Menghirup asap dan udara panas akibat kebakaran gedung bisa menyebabkan terjadinya luka bakar pada paru-paru.
Selain itu penyebab luka bakar yang lain adalah karena radiasi dan sengatan listrik. Luka bakar listrik bisa disebabkan oleh suhu diatas 49820 Celsius, yang dihasilkan oleh suatu arus listrik yang mengalir dari sumber listrik ke dalam tubuh manusia.
Resistensi (kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran listrik) yang tinggi terjadi pada kulit yang bersentuhan dengan sumber listrik, karena itu pada kulit tersebut banyak energi listrik yang diubah menjadi panas sehingga permukaannya terbakar.
Luka bakar listrik juga menyebabkan kerusakan jaringan dibawah kulit yang sangat berat. Ukuran dan kedalamannya bervariasi dan bisa menyerang bagian tubuh yang jauh lebih luas daripada bagian kulit yang terluka. Kejutan listrik yang luas bisa menyebabkan kelumpuhan pada sistem pernafasan dan gangguan irama jantung sehingga denyut jantung menjadi tidak beraturan.
Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun, termasuk asam dan basa yang kuat, fenol dan kresol (pelarut organik), gas mustard dan fosfat.

C.  Patofisiologi
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi dimana  manisfestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini adalah :
1.    Respon kardiovaskuiler
Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan natrium, air dan protein plasma, edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung serta hemokonsentrasi sel darah merah dan penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh. 
2.    Respon Renalis
Dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urine juga menurun dan bisa berakibat gagal ginjal.
3.    Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukaan yang luas.
4.    Respon Imonologi
Kulit merupakan mekanisme pertahanan terhadap organisme yang berasal dari luar. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.

D.  Klasifikasi Luka Bakar
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni :
1.    Berdasarkan penyebab
Ø Luka bakar karena api
Ø Luka bakar karena air panas
Ø Luka bakar karena bahan kimia
Ø Laka bakar karena listrik
Ø Luka bakar karena radiasi
Ø Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2.    Berdasarkan kedalaman luka bakar
a.    Luka bakar derajat I
Ø Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
Ø Kulit kering, hiperemi berupa eritema
Ø Tidak dijumpai bulae
Ø Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Ø Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b.    Luka bakar derajat II
Ø Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
Ø Dijumpai bulae.
Ø Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
Ø Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Ø Derajat II dangkal (superficial)
·      Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
·      Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,   kelenjar sebasea masih utuh.
·      Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
Ø Derajat II dalam (deep)
·      Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
·      Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
·      Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c.    Luka bakar derajat III
Ø Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Ø Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
Ø Tidak dijumpai bulae.
Ø Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
Ø Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
Ø Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
Ø Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
3.    Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu :
a.    Luka bakar mayor
Ø Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
Ø Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
Ø Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
Ø Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
Ø Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b.    Luka bakar moderat
Ø Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
Ø Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
Ø Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.

c.    Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah :
Ø Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
Ø Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
Ø Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
Ø Luka tidak sirkumfer.
Ø Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
  
BAB III
PELAYANAN GIZI PADA LUKA BAKAR

A.  Tujuan Diet Luka Bakar
Tujuan diet luka bakar adalah untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi secara optimal selama proses penyembuhan, dengan cara :
1.    Mengusahakan dan mempecepat penyembuhan jaringan yang rusak
2.    Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif
3.    Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan hipergliseridemia.
4.    Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi mikro.

B.  Syarat dan Prinsip Diet pada Luka Bakar
Syarat-syarat diet luka bakar adalah:
1.    Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau Nutrisi Enteral Dini (NED).
2.    Kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka bakar yaitu:
a.    Menurut Curreri : 25 kkal/kg BB aktual + 40 kkal x % luka bakar
b.    Menurut Asosiasi Dietetik Australia berdasarkan % luka bakar. (Tabel 3.1)

Tabel 3.1      Kebutuhan energi sehari berdasarkan persen luka bakar
Luka Bakar (%)
Kebutuhan Energi (kkal)
<10
11-20
21-30
31-50
> 50
1,2 x AMB
1,3 x AMB
1,5 x AMB
1,8 x AMB
2,0 x AMB
Sumber: Handbook No. 6 Principles of Nutritional Management of Disorders. JADA, 1990.
3.    Protein tinggi, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total.
4.    Lemak sedang, yaitu 15-20 % dari kebutuhan energi total. Pemberian lemak yang tinggi menyebabkan penundaan respon kekebalan sehingga pasien lebih mudah terkena infeksi.
5.    Karbohidrat sedang yaitu 50-60 % dari kebutuhan energi total. Bila pasien mengalami trauma jalan napas (trauma inhalasi), karbohidrat diberikan 45-55 % dari kebutuhan energi total.
6.    Vitamin diberikan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan, untuk membantu mempercepat penyembuhan. Vitamin umumnya ditambahkan dalam bentuk suplemen. Kebutuhan beberapa jenis vitamin adalah sebagai berikut:
a.    Vitamin A minimal 2 kali AKG
b.    Vitamin B minimal 2 kali AKG
c.    Vitamin C minimal 2 kali AKG
d.   Vitamin E 200 SI
7.    Mineral tinggi, terutama zat besi, seng ,natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium. Sebagian mineral diberikan dalam bentuk suplemen.
8.    Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan elektrolit secara intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan ditujukan untuk mengganti cairan yang hilang agar tidak terjadi shock.
Sedangkan prinsip diet untuk luka bakar antara lain :
1.    Kebutuhan kalori dapat dihitung dengan menggunakan rumus Ireton-Jones, sementara kebutuhan proteinnya dapat diperkirakan berdasarkan rasio kalori terhadap nitrogen atau jumlah protein yang dibutuhkan pada masing-masing keadaan.
2.    Terapi imunonutrisi dapat dilakukan dengan memberikan suplemen preparat enteral yang mengandung glutamin, arginin, dan asam lemak omega 3. Glutamin dan arginin merupakan asam-asam amino yang dalam keadaan sehat tergolong non-esensial tetapi pada keadaan stres berat akan menjadi asam-asam amino esensial. Kadar glutamin dan arginin yang memadai akan mengendalikan respon inflamasi dan mempercepat proses penyembuhan.
3.    Pemberian cairan dilakukan berdasarkan jumlah darah yang hilang dengan ditambah jumlah keluar urine serta feses dan insensible waterloss.
4.    Pemberian suplemen vitamin dan mineral diperlukan pada trauma, luka bakar dan pembedahan. Vitamin C dengan takaran 500-1000 mg/hari diperlukan untuk pembentukan kolagen bagi proses kesembuhan luka yang optimal.

C.  Jenis Diet dan Indikasi Pemberian pada Luka Bakar
1.    Diet Luka Bakar I
Diet Luka Bakar I diberikan pada pasien luka bakar berupa cairan Air Gula Garam Soda (AGGS) dan Makanan Cair Penuh dengan pengaturan sebagai berikut :
a.    0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong diberi AGGS dan Makanan Cair Penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip (tetes) dengan kecepatan 50 ml/jam.
b.    8-16 jam kemudian, jumlah energi per ml ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan yang sama.
c.    16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah, energi ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75 ml/menit. Diatas 24 jam bila tidak ada keluhan kecepatan pemberian makanan dinaikkan sampai dengan 100 ml/menit.
d.   Apabila ada keluhan kembung dan mual, AAGS dan Makanan Cair Penuh diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah, pemberian makanan dihentikan selama 2 jam.
 2.    Diet Luka Bakar II
Diet Luka Bakar II merupakan perpindahan dari Diet Luka Bakar I, yaitu diberikan segera setelah pasien mampu menerima cairan AGGS dan Makanan Cair Penuh dengan nilai energi 1 kkal/ml, serta sirkulasi cairan tubuh normal.
Cara pemberiannya sebagai berikut :
a.    Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dapat berbentuk cair, saring, lumat, lunak, atau biasa.
b.    CairanAGGS, tidak terbatas.
c.    Bila diberikan dalam bentuk cair, frekuensi pemberian 8 kali sehari. Volume setiap kali pemberian disesuaikan dengan kemampuan pasien, maksimal     300 ml.
d.   Bila diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian 3-4 kali sehari dan dapat dikombinasikan dengan Makanan Cair Penuh untuk memenuhi kebutuhan gizi.
e.    Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi pemberian disesuaikan dengan kemampuan pasien sehingga asupan zat gizi terpenuhi.
                                                                                           
D.  Preskripsi Diet (Penetapan Diet)
1.    Pemberian makanan dapat dimulai sesudah fase akut terlewati dan aliran darah ke saluran cerna kembali normal. Makanan yang diberikan harus mudah dicerna dan diserap seperti larutan hidrat arang (maltodextrin)
2.    Pilih bahan makanan yang mudah dilumatkan, seperti :
Ø Ikan sebagai sumber protein hewani,
Ø Tahu atau tempe sebagai sumber protein nabati
Ø Sayur dan buah yang mudah dilumatkan seperti : wortel, labu siam, lobak, pepaya,dll
3.    Pemberian susu kedelai, kacang merah dan kacang hijau dapat dianjurkan untuk memberikan glutamin dan arginin yang banyak terdapat di dalam produk kacang-kacangan, khususnya kacang merah. Minyak ikan yang kaya akan vitamin A dan asam lemak omega 3 dapat pula diberikan sementara minyak zaitun yang merupakan sumber asam lemak omega 9 dapat pula dimakan mentah sebagai campuran susu atau formula enteralnya.
4.    Gunakan susu skim untuk menambah kandungan protein dalam sereal, sup, dll. Jangan gunakan santan sebagai bahan untuk menggurihkan makanan karena santan terutama yang kental kaya akan asam lemak jenuh
5.    Minum banyak air untuk mengencerkan darah. Misalnya 1 gelas air mineral setiap 2 hingga 3 jam sekali dan minum setiap kali terbangun untuk buang air kecil pada malam hari
6.    Untuk menghindari keletihan setelah sembuh dari trauma, luka bakar atau pembedahan, kepada pasien dapat dianjurkan agar makan sedikit-sedikit tetapi sering.

E.  Bahan Makanan Sehari serta Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
1.    Bahan Makanan Sehari
a.    Bentuk Cair
Diberikan dalam bentuk Makanan Cair Penuh, yaitu Formula Rumah Sakit (FRS) dan Formula Komersial (FK).
b.    Bentuk Saring
Diberikan dalam bentuk Makanan Saring, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2     Bahan Makanan Sehari (Makanan Cair)

Bahan Makanan
Berat (gr)
URT
Tepung Beras
Maizena
Telur Ayam
Daging sapi
Tahu
Kacang Hijau
Pepaya
Margarin
Santan
Gula Pasir
Gula Merah
Susu
90
15
50
100
100
25
300
10
100
60
50
500
15 sdm
3 sdm
1 btr
2 ptg sdg
1 bh bsr
2 ½  sdm
3 ptg sdg
1 sdm
½ gls
6 sdm
5 sdm
2 ½ gls
Sumber : Penuntun Diet, ed. baru. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006

Makanan ini ditambah Makanan Cair sebagai berikut:
Ø  Pukul 10.00     : Makanan Cair Penuh 200 ml
Ø  Pukul 16.00     : Makanan Cair Penuh 200 ml
Ø  Pukul 21.00     : Makanan Cair Penuh 200 ml
Ø  Pukul 05.00     : Makanan Cair Penuh 200 ml
c.       Bentuk Lunak
Diberikan dalam bentuk Makanan Lunak, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3     Bahan Makanan Sehari (Makanan Lunak)

Bahan Makanan
Berat (gr)
URT
Beras
Daging
Telur Ayam
Tempe
Kacang Hijau
Sayuran
Buah Pepaya
Gula Pasir
Minyak
Susu
250
100
50
100
25
200
200
50
25
200
5 gls nasi tim
2 ptg sdg
1 btr
4 ptg sdg
2 ½ sdm
2 gls
2 ptg sdg
5 sdm
2 ½ sdm
1 gls
Sumber : Penuntun Diet, ed. baru. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006

Makanan ini ditambah Makanan Cair sebagai berikut:
Ø  Pukul 10.00     : Makanan Cair Penuh 200 ml
Ø  Pukul 16.00     : Makanan Cair Penuh 200 ml
Ø  Pukul 21.00     : Makanan Cair Penuh 200 ml
Ø Pukul 05.00     : Makanan Cair Penuh 200 ml
d.   Bentuk Biasa
Diberikan dalam bentuk Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (Diet ETPT), yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3     Bahan Makanan yang Ditambahkan
pada Makanan Biasa (Diet ETPT)

Bahan Makanan
ETPT I
ETPT II
Berat (gr)
URT
Berat (gr)
URT
Susu
Telur Ayam
Daging
Formula Komersial
Gula Pasir
200
50
50
200
30
1 gls
1 btr
1 ptg sdg
1 gls
3 sdm
400
100
100
200
30
2 gls
2 btr
2 ptg sdg
1 gls
3 sdm
Sumber : Penuntun Diet, ed. baru. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2006

Bila pasien tidak dapat menghabiskan porsi makanan biasa, maka frekuensi makan dapat ditambah menjadi 4 kali makanan utama. Jadwal makanan adalah sebagai berikut:
Ø Pukul 08.00          : Makan Pagi
Ø Pukul 10.00          : Selingan
Ø Pukul 13.00          : Makan Siang
Ø Pukul 16.00          : Selingan
Ø Pukul 18.00          : Makan Malam I
Ø Pukul 21.00          : Makan Malam II
Ø Pukul 05.00          : Selingan
2.    Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Ø Bahan makanan yang dianjurkan merupakan semua bahan makanan sumber energi dan protein seperi susu, telur, daging, ayam, dan keju, serta gula pasir, dan sirup.
Ø Bahan makanan yang tidak dianjurkan yaitu bahan makanan hiperalergik seperti udang.
  
BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Luka bakar perlu ditangani secara saksama untuk mencegah kejadian yang mengancam jiwa. Prinsip utama penanganan luka bakar, menurut situs burn survivors online, meliputi pengurangan rasa sakit, mencegah infeksi, menyeimbangkan cairan dan elektrolit tubuh, serta asupan gizi yang baik.
Diet pada luka bakar bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi secara optimal selama proses penyembuhan.

B.  Saran
1.    Pengaturan diet sangat dibutuhkan oleh penderita luka bakar untuk memastikan kebutuhan energinya tercukupi.
2.    Respons metabolik pada luka bakar mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, keseimbangan nitrogen negatif serta kehilangan berat badan yang cepat. Dengan demikian energi dan protein pengganti pun perlu diberikan secepatnya.
3.    Pemberian makanan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi pasien. Bisa melalui sonde, disajikan bubur halus, kasar, tim, ataupun nasi. Cara pemberiannya pun sebaiknya bertahap dari porsi kecil hingga sesuai dengan kebutuhan penderita.
4.    Penanganan luka dan diet sebaiknya dilakukan di rumah sakit agar lebih terkontrol dan untuk menghindari dampak lebih fatal pascakebakaran.

DAFTAR PUSTAKA

Instalasi Gizi PERJAN RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. 2006. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hartono, Andry. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. 2000. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suradita. 2008. Luka Bakar. http://askep.blogspot.com
Oetoro, Samuel, Dr. 2000. Penatalaksanaan Nutrisi pada penderita Luka Bakar. http://mnu-malang.com
Arisandi, Defa, A.Md.Kep. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Luka Bakar (Combustio). http://fadlie.web.id
Anto, dr. 2007. Luka Bakar. http://medicastore.com
Nurcahyo. 2009. Luka Bakar. http://www.indonesiaindonesia.com
Nadesul, Handrawan, Dr. 2002. Bagaimana Merawat Luka Bakar. http://www.kompas.com
Bernadi, Rakhmat & Karina. 2003. Menyikapi Luka Bakar. http://www.sinarharapan.co.id
Samsuridjal, Dzauji, Dr. 2007. Nutrisi pada Pasien di Rumah Sakit. http://cahya.sayanginanda.com
Pacu Gizi Korban Luka Bakar. 2008. http://www.jawapos.co.id
Luka Bakar. 2004. (http://www.klikdokter.com)
Merawat Luka Bakar Perlu Kesabaran. 2007. http://www.balipost.co.id
 

Aulicious Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei