BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di
Indonesia, penyakit degeneratif saat ini banyak terjadi di kalangan masyarakat
perkotaan. Penyebab utamanya adalah perubahan gaya hidup akibat urbanisasi dan
modernisasi. Perubahan gaya hidup ini dapat dilihat secara jelas antara lain
dengan munculnya tempat-tempat makan junk food di hampir seluruh sudut kota.
Junk food adalah makanan tidak sehat karena memiliki nilai nutrisi rendah.
Jenis makanan ini mengandung lemak jenuh (saturated fat), garam dan gula, serta
bermacam-macam additive seperti monosodium glutamate dan tartrazine dengan
kadar yang tinggi. Junk food hampir tidak mengandung protein, vitamin serta serat
yang sangat dibutuhkan tubuh.
Di
kota-kota besar di Indonesia junk food dijual di berbagai pusat perbelanjaan
dan pusat jajanan. Bahkan restoran jenis makanan yang memiliki kadar kolesterol
tinggi ini sudah merambah kota-kota kecil di hampir seluruh pelosok tanah air.
Pola makan makanan yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh
sebagian masyarakat perkotaan. Sebagai contoh, gorengan jenis makanan murah
meriah dan mudah didapat karena banyak dijual di pinggir jalan ini rasanya
memang enak.
Jajanan
seperti pisang goreng, tahu isi, ubi goreng, pisang coklat (piscok), serta
banyak yang lain dengan rasanya yang gurih, renyah, dan berharga murah, membuat
orang menyukai makanan gorengan. Namun banyak orang yang tidak tahu bahwa
makanan gorengan adalah makanan yang memiliki risiko tinggi sebagai pemicu
penyakit degeneratif seperti penyakit diabetes melitus, kardiovaskular, serta
stroke. Di Indonesia, angka kematian akibat penyakit ini terus meningkat. Hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (National Household Health Survey) tahun 2001
menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular telah menjadi penyebab kematian
paling tinggi di tahun 1992, 1995, dan 2001, padahal pada tahun 1972 baru
menempati urutan ke-11.
Penyakit
kardiovaskular disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol total, LDL, dan
trigliserida serta penurunan kadar HDL dalam darah. Peningkatan ini diakibatkan
oleh dampak modernisasi yang mengubah perilaku sebagian masyarakat Indonesia
menjadi pengonsumsi makanan yang rendah serat dan tinggi lemak. Lebih lanjut
hasil penelitian Dr. Rustika menunjukkan bahwa dari 29,70 gram per hari asam
lemak jenuh yang dikonsumsi oleh masyarakat, hanya 20% di antaranya atau 5,93
gram per hari yang berasal dari makanan non-gorengan.
Sementara
80% lainnya atau 23,77 gram per hari berasal dari makanan gorengan, setara dengan
tiga potong jenis makanan gorengan lauk dan lima potong makanan selingan atau
dua potong lauk dan delapan potong makanan selingan. Penyakit degeneratif yang
tidak menular ini sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi permasalahan
yang cukup serius bagi banyak negara di seluruh dunia. World Health
Organization (WHO) mengatakan bahwa penyakit degeneratif ini telah menambah
peliknya kondisi kesehatan sebagian negara di dunia, yang selama ini telah
dihimpit permasalahan banyaknya kasus penyakit menular dan infeksi yang
tergolong non degeneratif.
Lembaga
ini juga mengatakan bahwa banyak negara mengalami kerugian hingga miliaran
dolar akibat penyakit degeneratif. Oleh karena itu dibutuhkan langkah konkret
untuk menanggulanginya. Masih menurut WHO, hingga akhir tahun 2005 saja
penyakit degeneratif telah menyebabkan kematian hampir 17 juta orang di seluruh
dunia. Jumlah ini menempatkan penyakit degeneratif menjadi penyakit pembunuh
manusia terbesar. Jumlah terbesar kematian ada di negara-negara dengan
pendapatan nasional rendah hingga tinggi. Seperti masalah kesehatan pada
umumnya, penyakit degeneratif juga sangat mempengaruhi banyak faktor dalam
kehidupan manusia. Sektor yang paling dipengaruhi adalah sektor ekonomi, karena
penyakit ini sangat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang.
Laporan
terbaru WHO mengatakan bahwa pendapatan tiga negara yang memiliki penderita
penyakit degeneratif terbesar yaitu China, India dan Rusia, hingga 10 tahun ke
depan diperkirakan dapat mengalami kerugian hingga ratusan miliar dolar. Ini
baru dari empat jenis penyakit saja, yaitu stroke, jantung, kanker dan
diabetes. WHO Lebih lanjut menyatakan sebanyak satu miliar orang di seluruh
dunia saat ini menderita kegemukan, suatu keadaan yang bisa memicu berbagai
penyakit degeneratif. Jumlah ini diperkirakan naik menjadi 1,5 miliar pada
tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dari makalah ini adalah:
1. Apakah
tujuan diet dari penyakit degeneratif?
2. Apa
saja syarat diet dari penyakit degeneratif?
3. Apa
saja jenis diet penyakit degeneratif?
4. Bagaiman
pemberian makanan pada penderita penyakit degeneratif?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui tujuan diet dari penyakit degeneratif
2.
Mengetahui syarat-syarat diet penyakit degeneratif
3.
Mengetahui jenis diet penyakit degeneratif
4.
Mengetahui indikasi pemberian makanan pada penderita
penyakit degeneratif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran
Umum Penyakit Degeneratif
Penyakit
degeneratif adalah istilah yang secara medis digunakan untuk menerangkan adanya
suatu proses kemunduran fungsi sel saraf tanpa sebab yang diketahui, yaitu dari
keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk. Penyebab penyakit sering
tidak diketahui, termasuk diantaranya kelompok penyakit yang dipengaruhi oleh
faktor genetik atau paling sedikit terjadi pada salah satu anggota keluarga
(faktor familial) sehingga sering disebut penyakit heredodegeneratif. Cowers
tahun 1902 menekankan adanya istilah abiotrophy untuk penyakit degenerative yang
artinya menunjukkan adanya penurunan daya tahan sel neuron dan mengakibatkan
kematian dini. Konsep di atas mewujudkan hipotesa bahwa proses penuaan (usia)
dan penyakit degeneratif dari sel mempunyai proses dasar yang sama.
Gambaran klinis umum
penyakit degeneratif:
a) Perjalanan
penyakit lambat, setelah waktu yang lama dari fungsi saraf yang normal,
kemudian diikuti kemunduran fungsi susunan saraf tertentu yang bersifat
progresif lambat yang dapat berlanjut sampai beberapa tahun atau puluhan tahun.
Pasien sulit menentukan kapan penyakit mulai timbul. Adanya riwayat kejadian
yang dapat mempresipitasi terjadinya penyakit degeneratif, misalnya kecelakaan,
infeksi atau kejadian lain yang diingat sebagai penyakit.
b) Kejadian
penyakit yang sama dalam keluarga (bersifat familial)
c) Pada
umumnya penyakit degeneratif pada sistem saraf akan terjadi terus menerus,
tidak dapat diperbaiki oleh tindakan medis atau bedah, kadangkadang penyakit
ini ditandai dengan periode yang stabil untuk beberapa lama. Beberapa gejala
dapat dikurangi dengan penatalaksanaan yang baik, tetapi penyakitnya sendiri
tetap progresif.
d) Bilateral
simetris. Meskipun kadang-kadang misalnya pada Amyotrophic lateral skelerosis
mula-mula hanya mengenai satu anggota gerak atau salah satu sisi tubuh, tapi
dalam proses selanjutnya menjadi simetris.
e) Hanya
mengenai daerah anatomis/fisiologi susunan saraf pusat secara selektif.
Misalnya ALS yang termasuk dalam Motor Neuron Disease yang terkena adalah motor
neuron di kortek serebral, batang otak dan medulla spinalis dan terjadi ataksia
yang progresif dimana hanya sel purkinye yang terkena.
f) Secara
histologis bukan hanya sel-sel neuron saja yang hilang tapi juga dendrit, axon,
selubung mielin yang tidak berhubungan dengan reaksi jaringan dan respon selular.
g) Pada
likuor serebrospinalis kadang-kadang terdapat sedikit peningkatan protein,
tetapi pada umumnya tidak menunjukkan kelainan yang berarti.
h) Karena
menyebabkan kehilangan jaringan secara radiologis terdapat pengecilan volume
disertai perluasan ruang likuor serebrospinalis. Permeabilitas sawar darah otak
tidak berubah.
i) Laboratorium
atau pemeriksaan penunjang lain sering memberikan hasil yang negatif. Berbeda
dengan penyakit susunan saraf pusat progresif lain seperti tumor, infeksi,
proses inflamasi lain.
j) Pemeriksaan
neuroimaging dapat menunjukkan kelainan tertentu, sehingga dapat membantu
menyingkirkan golongan penyakit lain.
2.2 Faktor
Resiko Penyakit Degeneratif
Factor
resiko merupaka factor-faktor yang keberadaannya berkedudukan sebelum
terjadinya penyakit. Factor resiko dapat berupa semua factor penyebab (etiologi)
ditambah dengan factor epidemiologis yang berhubungan secara independen dengan
penyakit. Dikenal berbagai macam factor resiko penyakit degenerative, namun
secara garis besar dapat dibagi 2, yaitu:
a. Factor
resiko yang manetap atau tidak dapat diubah
Seperti:
· Umur
Resiko
penyakit meningkat seiring dengan pertambahan umur. Penyakit degeneratif
memiliki korelasi yang cukup kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang.
· Jenis kelamin
Ada beberapa jenis
penyakit degenerative yang lebih banyak dialami oleh pria atau wanita saja.
·
Ras/suku
Orang
kulit putih lebih beresiko dari pada orang kulit putih, contohnya pada kasus hipertensi
·
Geografis
Lebih
banyak penderita yang tinggal didaerah pantai dari pada pegunungan. Di Indonesia, penyakit
degeneratif saat ini banyak terjadi di kalangan masyarakat perkotaan. Penyebab
utamanya adalah perubahan gaya hidup akibat urbanisasi dan modernisasi.
Perubahan gaya hidup ini dapat dilihat secara jelas antara lain dengan
munculnya tempat-tempat makan junk food
di hampir seluruh sudut kota
·
Genetic
Memiliki
resiko jika salah satu anggota keluarganya memiliki riwayat penyakit tertentu.
b. Factor
resiko yang dapat diperbaiki atau bisa diubah
Seperti
:
· Makanan
Pola makan makanan yang
serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian masyarakat. banyak
orang yang tidak tahu bahwa makanan instan adalah makanan yang memiliki risiko
tinggi sebagai pemicu penyakit degeneratif
· Kebiasaan merokok
· Alkohol (minuman keras)
Konsumsi
alcohol diperkirakan punya efek protektif
· Obesitas
Obesitas merupakan keadaan
berlebihnya lemak tubuh secara absolute maupun relative. Kelebihan lemak tubuh
umumnya mengakibatkan peningkatan berat badan dan indeks massa tubuh (IMT)
· Kurang berolahraga.
· Pencemaran lingkungan
Munculnya penderita
hipertensi disebabkan keracunan Pb yang ditemukan di dalam darah penderita.
Penyakit hipertensi ini bisa berkomplikasi dengan jantung, ginjal maupun gula
darah.
2.3 Makanan
yang Sehat Menurut Rasulullah
Dalam
Hadis Rasulullah disebutkan beberapa jenis makanan dan minuman, berdasarkan
nilai gizinya dan faedahnya yang penting. Makanan dalam system pengobatan yang
diteladankan oleh Rasulullah kepada kita, sekaligus merupakan sumber gizi dan
obat. Bila kita usahakan untuk meneliti apa-apa yang dimakan oleh Rasulullah,
akan kita temukan beberapa macam contoh yang membuktikan bahwa Rasulullah
benar-benar mengetahui hakikat zat-zat yang terkandung dalam makanan.
Misyalnya, kita mendapatkan Rasulullah minum madau bercampur air sebelum sarapan
pagi. Rasulullah juga biasa makan daging, dan mengenai daging beliau memberi
komentar:
“Daging adalah makanan utama penghuni dunia dan penghuni akhirat.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan selainnya).
Prinsip-prinsip hygienis mengenai makanan
secara umum dalam system pengobatan Rasulullah, sebagai berikut:
a. Makanan
harus mengandung berbagai jenis unsure-unsur organic yang penting, seperti
protein, vitamin, lemak, gula, dan mineral-mineral.
b. Penekanan
atas pentingnya beberapa jenis makanan tertentu secara khusus, seperti susu,
daging, madu, kurma dan buah-buahan. Susu, sebagaimana kita ketahui, merupakan
bahan makanan ideal karena mengandung berbagai jenis zat organic utama dengan
komposisi yang logis; terdiri darinprotein, lemak, gula, mineral-mineral dan
aneka macam vitamin. Oleh karena itu, Allah menjadikan susu sebagai
satu-satunya makanan bagi bayi yang baru dilahirkan. Susu mengandung
unsur-unsur penyusun yang dinilai paling mudah dicerna, mudah diserap dan
paling besar khasiatnya.
Sedangkan daging dengan aneka
macam jenisnya, adalah bahan makanan yang kaya dengan protein dan gugus asam
amino. Daging menjadi bahan makanan yang penting dan mendasar dikarenakan juga
memiliki kandungan lemak hewani yang cukup besar, yang kadarnya memang berbeda
antara jenis daging yang satu dengan yang lain. Dikarenakan mengandung
unsure-unsur mineral penting, beberapa jenis vitamin, daging juga merupakan
sumber protein utama yang berperan sangat esensial dalam proses pertumbuhan
jaringan tubuh dan penggantian jaringan yang rusak, terutama sesudah menderita
sakit keras, kekurangan gizi dan berbagai jenis kecelakaan dan penderitaan.
Mengenai madu, sudah dapat diketahui
memiliki nilai gizi bagi orang yang sehat dan nilai medisnya sebagai obat bagi
berbagai jenis penyakit. Hal ini dikarenakan madu mengandung beberapa unsure
yang sangat bermanfaat serta memiliki berbagai keutamaan. Madu mampu
menyediakan kalori yang cukup tinggi kepada tubuh.
Adapun kurma, nilai gizinya terletak
pada kandungan kadar gula yang tinggi dan teristimewa memiliki berbagai jenis
unsure mineral dan zat makanan yang sangat cocok bagi rahim guna menghalangi
pendarahan. Kurma juga mengandung zat-zat yang membuat awet muda dan
vitamin-vitamin dengan komposisi dan jenis yang cocok untuk berbagai keadaan.
Zat-zat yang terkandung didalam
buah-buahan dan sayur-sayuran sangat berpengaruh terhadap vitalitas dan potensi
tubuh, serta penjagaan dari berbagai jenis penyakit. Diriwayatkan dari
Rasulullah, bahwasanya beliau senantiasa makan, dan tidak pernah menolak,
buah-buahan yang dihasilkan oleh daerah setempat pada musimnya. Sesungguhnya
Allah SWT telah menjadikan pada setiap daerah jenis buah-buahan yang dapat
dipetik serta diambil manfaatnya oleh penduduk setempat, hal ini diungkapkan
oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziah, agar mereka sehat dan segar tanpa banyak
membutuhkan obat-obatan.
c. Penekanan
tentang perlunya spesifikasi makanan bagi orang yang sakit, dengan pengertian
bahwa makanan yang cocok bagi orang yang sehat kadang-kadang justru
membahayakan bagi orang yang sakit. Dalam hal ini, ada dua hal yang mendapat
perhatian Rasulullah, yaitu:
·
Larangan
memaksakan si sakit atas makan makanan tertentu dan bila dipentingkan memanfaatkan diet bagi
pengobatan.
·
Pemberian
makanan yang mudah dicerna kepada si sakit, yaitu jenis makanan yang tidak
membahayakan ataupun memberatkan lambung.
Rasulullah telah
menegaskan masalah ini yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah:
“Janganlah kalian memaksakan orang-orang yang sakit kepada makanan, sesungguhnya Allah memberi mereka
makan dan minum.”
d. Rasulullah
menekankan kebersihan makanan dan makanan sedapat mungkin langsung dimakan
setelah dihidangkan
e. Larangan
makan secara berlebih-lebihan, atau upaya menghindar dari sifat rakus dan
tamak.
f. Rasulullah
senantiasa makan dan meminta daging panggang.
Daging panggang lebih
sedikit mengandung lemak daripada yang di goring.
g. Rasulullah
senantiasa mengkombinasikan antara makanan yang segar (mentah) dan makanan yang
dimasak, dalam menghidangkan makanan.
h. Meletakkan
norma-norma social dan tingkah laku dalam hal makan, seperti agar orang
mengambil makanan yang dekat dengannya, mengunyah makanan perlahan-lahan tanpa
terburu-buru, serta tidak makan secara berlebih-lebihan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tujuan Diet Penyakit Degeneratif
Tujuan diet disesuaikan dengan
jenis penyakitnya, anatara lain:
- Tujuan diet penyakit diabetes mellitus
-
Mengendalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah
-
Mencegah menurunnya fungsi ginjal
-
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Tujuan diet penyakit jantung
-
Energy cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan normal
-
Protein cukup yaitu 0,8 g/kgBB
-
Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total,
10% berasal dari lemak jenuh, dan 10-15% lemak tidaj jenuh
-
Kolestrol rendah, terutama jika disertai dengan
dislipidemia
-
Vitamin dan mineral cukup
-
Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau
edema
-
Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
-
Serat cukup untuk menghindari konstipasi
-
Cairan cukup, ± 2 l/hari sesuai dengan kebutuhan
-
Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit,
diberikan dalam porsi kecil
-
Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui
makanan dapat diberikan tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau
suplemen gizi.
- Tujuan diet penyakit stroke
-
Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan
gizi pasien dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit
-
Memperbaiki keadaan stroke
-
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi diet
dimaksudkan untuk mencapai pola makan yang sehat. Perlu ditekankan bahwa tujuan
diet ini bukan untuk sementara, tetapi secara berangsur melakukan perubahan
permanen pada perilaku penderita penyakit degeneraatif.
3.2 Syarat Diet Penyakit Degeneratif
Untuk
mencapai tujuan diet di atas diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Syarat
diet penyakit diabetes mellitus
- Energy
cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal
- Kebutuhan
protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total
- Kebutuhan
lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total
- Kebutuhan
karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energy total, yaitu 60-70%
- Penggunaan
gula murni dalam makanan dan minuman tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya
sedikit sebagai bumbu
- Penggunaan
gula alternative dalam jumlah terbatas. Gula alternative adalah bahan pemanis
selain sakrosa
- Asupan
serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di
dalam sayur dan buah
- Paasien DM
dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk
garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari
-
Cukup vitamin dan mineral
b. Syarat
diet penyakit jantung
- Energy
cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal
- Protein
cukup yaitu 0,8 g/kgBB
- Lemak
sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total
- Kolestrol
rendah
- Vitamin dan
mineral cukup
- Garam
rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau edema
-
Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
- Serat cukup
untuk menghindari konstipasi
- Cairan
cukup, ± 2 l/hari sesuai dengan kebutuhan
- Bentuk
makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi kecil
- Bila
kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan
berupa makanan enteral, parenteral, atau suplemen gizi
c. Syarat
diet penyakit stroke
- Energy
cukup, yaitu 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut energy diberikan 1100-1500
kkal/hari
- Protein cukup,
yaitu 0,8-1 g/kgBB. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang, protein
diberikan 1,2-1,5 g/kgBB
- Lemak cukup,
yaitu20-25% dari kebutuhan energy total. Utamakan sumber lemak tidak jenuh
ganda, batasi sumber lemak jenuh
- Karbohidrat
cukup, yaitu 60-70% dari kebutuhan energy total
- Vitamin
cukup
- Mineral
cukup
- Serat
cukup, untuk membantu menurunkan kadar kolestrol darah dan mencegah konstipasi
- Cairan
cukup, yaitu 6-8 gelas/hari, kecuali pada keadaan edema, cairan dibatasi
- Bentuk
makanan disesuaikan dengan keadaan pasien
- Makanan
diberikan dalam porsi kecil dan sering
3.3 Jenis Diet Penyakit Degeneratif
Penetapan
diet ditentukan oleh jenis penyakit, keadaan pasien dan program pengobatan,
dimana tiap penyakit memiliki ciri khas atau diet tersendiri.
- Diet pada penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM) dikontrol berdasarkan kandungan energy, protein, lemak, dan karbohidrat.
- Diet penyakit jantung terdiri atas:
- Diet
jantung I, diberikan pada pasien penyakit jantung akut. Diet diberikan berupa
1-1,5 l cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya.
- Diet
jantung II, diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari diet jantung I, atau setelah fase akut dapat diatasi.
Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung II
garam rendah. Diet ini rendah energy, protein, kalsium, dan tiamin.
- Diet
jantung III, diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari diet jantung II atau kepada pasien jantung dengan
kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung III
garam rendah. Diet ini rendah energy dan kalsium, tetapi cukup zat gizi lain
- Diet
jantung IV, diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan
ringan. Jika disertai hipertensi dan/atau edema, diberikan sebagai diet jantung
IV garam rendah. Diet ini cukup energy dan zat gizi lain, kecuali kalsium.
- Diet penyakit stroke
- Energy
cukup, yaitu 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut energy diberikan 1100-1500
kkal/hari
- Protein
cukup, yaitu 0,8-1 g/kgBB. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang,
pprotein diberikan 1,2-1,5 g/kgBB. Apabila penyakit disertai komplikasi gagal
ginjal kronik, protein diberikan rendah yaitu 0,6 g/kgBB
- Lemak
cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total. Utamakan sumber tidak jenuh ganda,
batasi sumber lemak jenuh yaitu <10% dari kebutuhan energy total. Kolestrol
dibatasi <300 mg
- Karbohidrat
cukup, yaitu 60-70% dari kebutuhan energy total
- Vitamin
cukup
- Mineral
cukup
- Serat
cukup, untuk membantu menurunkan kadar kolestrol darah
- Cairan
cukup. Minuman hendaknya diberikan setelah selesai makan agar porsi makanan
dapat dihabiskan
- Bentuk
makanan disesuaikan dengan keadaan pasien
- Makanan
diberikan dalam porsi kecil dan sering
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari hasil pembahasan mengenai pelayanan gizi penyakit
degeneratif, adalah:
1.
Penyebab utama timbulnya penyakit degenerative adalah
perubahan gaya hidup (merokok, minuman keras, makan makanan yang berlemak, dan
lain-lain)
2.
Penyakit degeneratif adalah istilah yang secara medis
digunakan untuk menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf
tanpa sebab yang diketahui, yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan
yang lebih buruk.
3.
Factor resiko penyakit degenerative dapat digolongkan
atas dua bagian; 1). Factor resiko yang tetap atau tidak dapat diubah, dan 2).
Factor resiko yang tidak menetap atau dapat diubah
4.
Rasulullah Saw sangat mengedepankan prinsip hygiene
dalam hal makanan
5.
Tujuan, syarat dan jenis diet disesuaikan dengan
keadaan pasien dan penyakit yang diderita
B.
Saran
Diperlukan
keahlian khusus dan tenaga yang terampil dibidang gizi untuk menangani pasien
yang menderita penyakit degenerative. Dalam menyusun menu untuk pasien penyakit
degenerative harus memperhatikan syarat, tujuan, dan jenis diet.